Inilah Syarat Gigi Untuk Masuk TNI, Polisi dan Pilot

Prajurit TNI (sumber foto: suara24.news)


Kali ini, penulis ingin berbagi pengalaman yang sangat berharga sebagai dokter gigi (drg). Di tulisan inilah syarat gigi untuk masuk TNI, polisi atapun pilot, dari segi bentuk gigi, kerapiannya, dan kesehatannya. Semoga tulisan ini berguna untuk pembaca maupun untuk keluarga yang bercita- cita untuk menjadi prajurit pembela tanah air tercinta.  

      Urusan gigi rapi dan sehatnya gigi memang bisa berkorelasi sangat erat dengan cita-cita seseorang. Hal ini didasari dengan ditemukannya beberapa pengalaman sehari hari dari penulis yang praktik sebagai dokter gigi di rumah sakit TNI AL di Surabaya. Mungkin ada yang nyeletuk, “Ahhh..Masak iya siih... hanya karena gigi bisa mengggagalkan cita-cita yang diimpikan seorang anak yang merupakan masa depan idamannya sejak kecil?” Nanti penulis akan jelaskan hubungan kesehatan gigi dan kerapian gigi dengan masa depan seseorang. Di tulisan inilah penjelasan syarat gigi untuk masuk TNI, polisi atapun pilot  

Ada baiknya untuk menyimak pembahasan dan beberapa percakapan di balik kamar ruang kerja antara penulis, yang sedang praktik sebagai dokter gigi dengan beberapa pasien, yang rata-rata diantar keluarganya. Baik ketika praktik pagi sebagai PNS di RSAL maupun ketika praktik sore hari di klinik pribadi.

      Kejadian ini hampir berulang dan terjadinya selalu pada saat mendekati pendaftaran anggota TNI maupun POLRI, cukup banyak pasien yang datang berduyun-duyun. Entah kapasitasnya hanya sebatas konsultasi atau memang ingin memperbaiki giginya demi pendaftaran tadi.
Syarat diterima masuk sebagai anggota TNI/POLRI pada kesehatan gigi geligi.

      Sepengetahuan penulis, ada syarat tertentu di bidang kesehatan gigi, yaitu:

1.      Kerapian gigi pada enam gigi depan (Anterior).

Mulai taring (Caninus) kiri sampai taring kanan, termasuk 4 gigi seri (Incisive) baik untuk rahang atas dan rahang bawah harus lengkap dan tidak boleh ada setitik pun noda yang merupakan tanda adanya gigi berlubang (Caries).

Syarat itupun tadi masih koma lho, masih ada syarat yang lain untuk masuk TNI dan polisi. Terus apalagi syarat lainnya?

2.      Selanjutnya 6 gigi depan atas dan 6 gigi bawah harus dalam posisi gigitan normal.

Artinya bila Rahang Atas dan Rahang bawah dalam posisi menutup dan menggigit, tidak dalam keadaan mrongos, nyakil, gingsul, berdesakan/berjejal atau renggang (bahasa medisnya biasa disebut Maloclussion). Pokoknya harus rapi jali.
Klik untuk perbesar gambar
Gambar 1. : 6 gigi depan harus ada dan posisi baik, dan tidak boleh ada setitik lubang pun.
Gambar 2 : Posisi Gigitan antara gigi rahang atas dan bawah harus baik. (tidak mrongos, nyakil
                     dan renggang).(Sumber: Koleksi foto pribadi).

      
3.      Gigi-gigi di posisi belakang (Posterior) harus sudah ditutup dengan baik
Intinya harus bebas dari gigi berlubang. Jangan sampai ada gigi lubang yang tidak terawat.      Apalagi sampai parah keadaannya, hingga gigi dianggap membusuk (Gangrena Pulpa/GP). Lebih tragis lagi, bila yang tertinggal hanya berupa sisa akar/tunggak nya saja (Gangrena Radix/GR). Kalau sampai terdapat kedua jenis yang terakhir ini, hampir dipastikan tidak lolos tes kesehatan gigi. Bila memang ada gigi yang GP dan GR, sebaiknya dicabut, malah bisa menaikkan nilai status keadaan giginya: status kesehatan giginya menjadi lebih baik

Sebenarnya, menurut penulis, masih ada pembatasan jumlah maksimal berapa gigi yang berlubang, ditambal maupun jumlah gigi hilang karena bekas dicabut. Jadi seyogyanya bila akan ikut tes masuk TNI/Polisi atau pilot, semua gigi yang berlubang harus ditambal dengan rapi serta mau dibersihkan karang giginya. Inilah syarat gigi masuk TNI, Polisi dan pilot.
Klik untuk perbesar gambar


Gambar 3 : Karang gigi pada gigi bawah.
Gambar 4 : Noda bekas suka minum kopi atau makan coklat pada 2 gigi atas harus dibersihkan 
Gambar 5 : Sisa akar/GR, sebaiknya dicabut saja, dan dibuatkan gigi tiruan yang bisa dilepas dan dipasang kembali. (Sumber: Foto koleksi pribadi) 


Ternyata memang cukup berat, bila semua syarat tadi hanya diperbaiki dalam beberapa hari. Terutama ‘berat’ dikantong juga. Besar biayanya. Bagi penulis, kalau sekadar tambal pada gigi berlubang dan karang gigi serta mencabut, mungkin masih bisa diatasi.

      Acapkali penulis cukup kerepotan, bila ada pasien yang minta diselesaikan perawatan giginya dalam waktu yang singkat. Padahal pasien tersebut, masuk dalam kriteria yang mempunyai gigi yang banyak bermasalah.

      Hmmm.......bayangkan saja, semisal waktu pendaftaran masuk TNI atau polisi hanya kurang beberapa bulan, tapi giginya masih belum rata (malocllusoni). Padahal kasus ini kan, harus dirawat menggunakan kawat behel, yang waktunya cukup panjang. Yakni sekitar dua tahun. Apa mungkin, jika dalam waktu hanya beberapa bulan minta dirawat behel?

 Marilah kita simak beberapa contoh percakapan sering terdengar di balik ruang praktik.
      Keluarga Pasien (KP): “Dok, apakah bisa dalam dua bulan, susunan gigi geligi adik saya sudah bisa ditata rapi agar memenuhi syarat tes kesehatan di bidang gigi?
Biasanya penulis menjawab tidak bisa alias ‘angkat tangan’ dikarenakan untuk menata gigi yang tidak rapi dibutuhkan jangka waktu yang lama, yaitu sekitar 2 tahun untuk kasus seperti ini.

      Biasanya pertanyaan berlanjut lagi.
KP: “ Terus bagaimana ini dok...., padahal 2 bulan lagi sudah mulai pendaftaran. Kan kasihan adik saya ini, sebab sejak dulu bercita-cita ingin masuk TNI atau polisi.” Dengan mimik muka yang bingung. Alamak....

      Berdasar pengalaman dari tahun ketahun yang hampir sama. Penulis sebagai praktisi dan konsultan hanya bisa menenangkan dan menghibur pasien beserta keluarganya yang ikut mengantar supaya tidak ikut galau bin stres.

Penulis berusaha menjawab: “Ya monggo saja dicoba ikut mendaftar dulu. Kemungkinan berhasil memang kecil. Andai Allah Swt berkehendak, semua bisa saja lolos. Atau bisa juga dokter gigi yang sedang memeriksa sedang kecapekan karena sudah memeriksa pasien cukup banyak. Sehingga mungkin lagi ngantuk sehingga luput dari ketatnya pemeriksaan. Jadi kemungkinan ada faktor X untuk lolos. Biasanya pasien dan keluarganya diam dan menerima kenyataan.

      Penulis pun berusaha menambahkan kata-kata bijak demi menenangkan pasien dan keluarganya.. (Ceilehh...)
Seperti ini: “Nah andaikata tidak berhasil, toh jangan merasa rugi karena sudah mengeluarkan uang banyak untuk perawatan gigi, kan gigi geliginya sudah sehat dan susunan geliginya sudah rapi. Sehat itu mahal lho.
                                    
      Pada kasus lain,  rupanya ada beberapa pasien yang kadang masih berusaha sekuat tenaga untuk ngotot dengan melontarkan kalimat seperti ini:

KP: “Trus, bagaimana ini Dok, waktunya mepet sekali. Padahal adik saya sangat ingin ikut tes dan ini sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.
      Penulis akhirnya mengeluarkan jurus pamungkas’ sebagai MOTIVATOR DADAKAN untuk mengedukasi ‘klien’ ini.

      Penulis mencoba mengatakan: “Yaaa....., kalaupun gagal kan bisa dicoba pada waktu lain. Tahun depan mungkin bisa. Namun andaikan, yaaa... sekali lagi.. andaikan, (semoga tidak ya) ternyata tahun depan masih gagal juga itu bukan menandakan dunia sudah berakhir kan? Toh masih banyak pilihan profesi yang lainnya.

      Penulis menambahkan kata-kata dengan lembut: “Contohnya perawat saya ini, kan juga warga sipil, namun tetap bisa mengabdi pada nusa, bangsa dan negara. Bekerjanya juga di instansi militer. Bisa berperan menjaga NKRI.” Hallaa.....

      Penulis menambahkan dengan nada menghibur: “Seperti saya sendiri ini lho. Toh meskipun saya tidak jadi tentara atau polisi. Saya pun bisa hidup layak. Asal kita menjalani dengan kesungguhan dan berusaha selalu memberikan yang terbaik. Setiap profesi adalah mulia, amanah dan barokah. Masih ada cara untuk bekerja di lingkungan TNI/POLRI lewat jalur lain, misalnya menjadi anggota sipil di lingkungan TNI/POLRI.” Setelah mendapat ‘pencerahan’, biasanya mereka bisa cukup mengerti dan lebih tenang.

Nah, kasus semacam ini selalu berulang kejadiannya. Hal ini berlaku pada entah itu tes CATAM (Calon TAMtama), CABA (Calon BintAra), khususnya untuk masuk PERWIRA

            Jadi momen-momen pendaftaran anggota TNI/POLRI, baik Tamtama, Bintara ataupun Perwira... yaaaa, saat-saat menjelang penerimaan sekolah calon polisi atau tentara, maka dokter gigi termasuk yang cukup laris manis. Karena saat pemeriksaan kesehatan, gigi geligi termasuk yang sering menjadi ‘batu sandungan’ untuk dapat lolos.

      Penulis yang praktik pagi, juga praktik pribadi/swasta di sore hari. Cukup ‘berkeringat’ untuk mengedukasi para calon anggota TNI/POLRI. Di sisi lain, ada efek sampingnya, yakni penulis jadi ‘berkantong tebal’ sekaligus ikut ‘bergembira ria.’ Lumayan untuk menambah pundi-pundi penulis hehehe... 
(BERSAMBUNG KE: Tips Lulus Persyaratan Gigi Masuk Akpol dan Masuk Bintara)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.