Penyebab Penyakit Mulut Anak dan Solusinya

Foto: kumparan.com

Dewasa ini, pada umumnya sebagian besar orang tua sudah sangat peduli pada masalah tumbuh kembang anak. Semua hal yang berkaitan dengan kesehatan anak menjadi sesuatu yang sangat penting dan menarik untuk dipelajari, sebagai bekal dalam mengasuh dan membesarkan anak. Termasuk masalah kesehatan di rongga mulut sebagai salah satu faktor yang mempengaruhinya.

      Kesadaran para orang tua untuk mendapatkan informasi atas apa yang terjadi sudah sedemikian tinggi. Sehingga banyak ibu yang mengajukan pertanyaan tentang anak yang masih dalam kandungannya mengenai gigi anaknya kelak.

      Penulis -sebagai dokter gigi- juga menangani pasien anak, dan sering dihujani berbagai pertanyaan oleh orangtua yang hampir semua dengan pertanyaan yang sama. Banyak juga pertanyaan umum yang tampak sederhana, tapi sebenarnya sangat penting untuk diketahui bersama.
Penulis mencoba ingin membahas 4 pertanyaan terbanyak seputar masalah penyakit anak dan solusinya, termasuk cara menjaga kebersihannya. Mari kita lihat berbagai pertanyaan serta solusinya.

1. Usia berapakah anak harus mulai membersihkan gigi dan mulutnya?

            Gigi sudah mulai tumbuh semenjak usia kehamilan memasuki bulan ke-3, sementara email dan dentin (yaitu jaringan keras gigi) sudah mulai terbentuk pada bulan ke-4 usia janin. Meski kemunculan gigi pertama yang dikenal dengan nama gigi susu, umumnya baru terjadi ketika bayi berusia sekitar 6 bulan.
      Gigi susu adalah gigi tidak tetap yang akan berganti menjadi gigi tetap ketika anak memasuki usia sekitar 6 tahun. Selanjutnya, gigi tetap inilah yang akan menjadi susunan gigi geligi kita sampai kelak dewasa. Untuk itu, perawatan kesehatan gigi dan mulut semasa kanak-kanak memiliki peranan yang penting.

Gambar 1

Gambar 1. Contoh membersihkan rongga mulut balita, dengan menggunakan tangan yang dibungkus dengan kasa (sumber foto: haibunda.com)

Solusi: Sebaiknya anak mulai membersihkan gigi dan mulutnya sejak dini. Ketika masih bayi bersihkan mulut bayi seusai menyusu, terutama bila minum susu formula (kaleng). Atau bisa juga sejak gigi susu mulai tumbuh pada usia 6 bulan.
     Cara membersihkan dengan menggunakan  jari telunjuk si ibu yang dibungkus kasa (perban) yang telah dicelup air hangat atau dengan menggunakan sikat khusus untuk bayi. Apabila gigi bayi sudah terbiasa dibersihkan, perkenalan terhadap sikat gigi biasa pada anak menjadi tidak terlalu sulit. Ketika masih bayi tidak perlu menggunakan pasta. Untuk penggunaan pasta dan obat kumur, sebaiknya tidak diperkenankan dulu. Larena ditakutkan akan bahaya tertelannya bahan tersebut pada anak.

2. Mengapa di pipi bagian dalam mulut, gusi dan lidah terdapat lapisan putih seperti selaput, yang tidak bisa hilang?

Terkadang muncul bercak putih seperti selaput pada bagian dalam mulut anak yang tidak hilang jika disikat dengan sikat gigi. Jika dibersihkan  dengan cotton bud, malah meninggalkan jaringan berwarna kemerahan. Lapisan putih tersebut, kemungkinan candidiasis, sejenis infeksi dari jamur bernama candida albicans yang tumbuh dalam rongga mulut.

Jamur ini bisa mengenai pipi bagian dalam, lidah, gusi dan langit-langit. Bentuknya berupa selaput putih seperti susu, dan di sekitarnya dikelilingi warna keputihan. Jika lapisan putih ini diangkat secara paksa dengan cara digosok atau dikerok, maka daerah tersebut menjadi berwarna lebih merah dan terasa perih.    

      Sebenarnya dalam rongga mulut sekitar 30-60 persen orang yang sehat terdapat jamur, tapi tidak menimbulkan keluhan. Namun ketika daya tahan tubuh anak menurun karena sakit atau karena kurangnya asupan gizi yang cukup, jamur ini akan tumbuh aktif dan meluas dan sifatnya menjadi tidak bersahabat atau berubah menjadi ganas terhadap tubuh anak.

Bisa juga dikarenakan penggunaan obat kumur atau minum antibiotik dalam jangka lama. Demikian juga, jika anak kurang menjaga kebersihan gigi dan mulutnya, pertumbuhan jamur rongga mulut makin aktif.
Gambar 2
Gambar 2. Adanya selaput putih pada lidah anak (sumber foto: Rock, 1989)

Solusi: sebaiknya anak dibawa ke dokter gigi untuk diberi obat dengan anti jamur. Untuk selanjutnya, agar tidak terulang kembali maka lidah harus rajin dibersihkan. Kemudian sebisa mungkin dihindari memberi obat, terutama antibiotik kepada anak tanpa petunjuk dokter. Dan diusahakan agar anak kita terjaga asupan nutrisinya.

3. Mengapa anak sering sariawan di sudut mulut?
Terjadinya sariawan, diduga banyak faktor penyebabnya, di antaranya kekurangan vitamin C. Di samping itu juga, karena terluka oleh suatu goresan. Misalnya pemakaian sikat gigi yang bulu sikatnya terlalu kasar /rusak atau ukuran sikat gigi yang terlalu besar untuk mulut anak bisa yang berakibat melukai gusi. Penyebab lain bisa dikarenakan tekanan yang terlalu keras ketika menyikat gigi bisa melukai gusi dan berakhir menjadi sariawan.

      Menurunnya daya tahan tubuh anak, misalnya terkena cacar air (bahasa Jawa: cangkrang) bisa menyebabkan anak mudah terkena penyakit, termasuk sariawan. Perbaiki pola makan anak agar asupan gizinya terpenuhi sehingga anak sehat. Biasanya, sariawan akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Jika keadaan tidak membaik bahkan bertambah parah, sebaiknya bawa anak ke dokter gigi.

Gambar 3

Gambar 3. Contoh adanya sariawan di sudut mulut pada anak.(sumber foto: Rock, 1989)

Solusi: untuk penanganan pertama, agar mengurangi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan mintalah anak untuk berkumur dengan air hangat. Jika sariawan selalu hilang muncul, pergilah ke dokter gigi untuk meminta obat yang tepat untuk sariawannya.

Untuk pencegahan, ajaklah anak menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkomsumsi  nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C, dan zat besi. Untuk mengatasi, hendaknya dicari penyebab pastinya. Bila penyebabnya gigi berlubang (caries) yang tajam, maka gigi harus ditambal. Maka sebaiknya diperlukan kontrol ke dokter gigi tiap 3-6 bulan sekali. Demi mengetahui adanya kelainan pada rongga mulut anak. 

4. Mungkinkah anak menderita bau mulut?
Bau mulut atau disebut halitosis dapat terjadi pada anak. Keadaan gigi yang tidak terawat dengan baik menjadi salah satu penyebabnya. Di samping itu, cara menyikat gigi yang tidak benar akan menyebabkan sisa makanan menempel pada gigi. Timbunan sisa makanan inilah yang dapat menyebabkan radang gusi (gingivitis). Radang gusi ini menimbulkan bau kurang sedap pada mulut.

      Selain itu juga, adanya gigi berlubang yang tidak ditambal dapat menjadi wadah timbunan sisa makanan. Sisa makanan masuk kedalam lubang gigi dan tidak dapat keluar lagi. Terjadilah pembusukan yang menimbulkan bau mulut. Gigi berlubang yang tidak dirawat lama kelamaan akan mati (Gangraen) dan biasanya menimbulkan bau akibat adanya gas gangraen. Tidak hanya masalah pada gigi, bau mulut juga dapat disebabkan oleh adanya kelainan pada lambung.

Gambar 4

Gambar 4. Pada anak yang malas menggosok gigi, akan terjadi gigi berlubang, dan penumpukan
                   sisa makanan, hal ini  menyebabkan banyak kuman dan jamur pada mulut, yang
                   berakibat bau mulut (sumber foto: Gaby, 2016)

Solusi: untuk mencegah bau mulut, sebaiknya gigi yang berlubang segera ditambal dan biasakanlah menyikat gigi dengan benar agar makanan tidak tertinggal dan menempel pada gigi atau disebut plak (plaque). Bila berlanjut, bisa konsultasi dengan dokter Spesialis anak (SpA).
                                                               
      Demikianlah beberapa pertanyaan dan solusinya. Semoga peran orangtua yang begitu perhatian pada tumbuh kembang anak putra putrinya bisa memberi rasa aman bagi Ananda tersayangnya. Salam.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.