Vietnam dan Rambo di Mata Saya


 

Assalamu alaikum wr wb…Jumpa lagi dengan pembaca blog anik dentist yang budiman. Sudah lebih dua bulan absen mengisi tulisan.

Sebetulnya penulis sudah memasuki masa pensiun sebagai ASN. Tapi entah kenapa kegiatan malah semakin banyak. Sudahlah, kita harus tetap mengucapkan kalimat terbaik kita. Alhamdulilah.

      Maunya menulis tentang dunia gigi, tapi belum sempat. Baiklah…saya ingin menulis tentang kisah perjalanan ke negara Vietnam yang dilaksanakan pada 2015 yang lalu. 

Tulisan ini belum sempat di-publish dimana pun, dikarenakan saking lamanya. Tapi makna cerita dijamin masih menghanyutkan. Mariii… 

Sosok Rambo di Film

     Berbicara mengenai Vietnam, maka yang ada di benak kita adalah tentang kehebatan si Rambo, yang digambarkan salam sebuah film. Siapa siiiy...yang tidak kenal dengan film Rambo yang sempat menjadi film terlaris dan sangat nge-hits di eranya. Semua pasti masih ingat kan?

      Masih terbayang di ingatan penulis, tentang sosoknya, postur tubuhnya, profil wajah yang dingin dan keras disertai dengan ceritanya yang begitu bombastis.

Menggambarkan sosok tentara Amerika Serikat (AS) yang begitu heroik dengan latar belakang perang Vietnam. Diperankan oleh aktor kesohor si Sylvester Stallone.         

      Dia sangatlah jagoan dan tidak terkalahkan. Meski dengan perlawanan yang tidak seimbang, seperti tentara Vietnam sangat banyak, sedangkan Rambo hanya sendiri.

Film Yang Membius Penonton  

Tapi bila tentara Vietnam yang menembak Rambo, maka selalu luput dan tidak satu pun peluru yang berhasil menancap di tubuhnya. 

Anehnya, ketika  Rambo yang menembak satu kali saja, maka yang mati bisa sekitar tujuh orang.

     Saat orang Vietnam ngebom Rambo, maka hanya mukanya saja yang gosong. Sementara bila Rambo melempar granat, maka mengakibatkan dua kampung jadi luluh lantak.

Kalau dipikir secara logika, memang tidak masuk akal. Namun film tersebut mampu membius dan mempesona sampai ke hati. Bahkan karena terkenalnya, sampai dibuat beberapa sequel film Rambo.

      Demikianlah sekilas info mengenai resensi film atau review film Rambo, yang begitu melekat erat pada ingatan penulis. Penulis sempat berpikir bahwa syutingnya diambil dengan setting di daerah Vietnam yang sesungguhnya.

Tetapi pada kenyataannya, apakah perang di Vietnam sudah sesuai dengan film Rambo? Mari kita sama-sama lihat monumen sejarahnya langsung pada perjalanan kali ini.   

 Kenangan Ke Vietnam Bersama drg. Totok yang Mengesankan    

      Pada 2015, ketika penulis ditawari secara private group dari kantor anak saya, drg. Ramadhan. Putra saya ini berdinas di Laboratorium Rontgen Gigi, Fakultas kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Surabaya akan mengadakan acara perpisahan dengan drg. Totok yang akan purnatugas dengan cara pergi ke Vietnam.

Dalam susunan itenerarynya, antara lain jadwal kunjungan ke Cu Chi Tunnel atau CCT (Baca: Gu Ci Tunnel).

      Lokasi ini merupakan tempat terjadinya perang sengit antara gerilyawan Vietnam dan tentara  AS, seperti yang dilukiskan dalam film Rambo.

Maka penulis membatin: “Sungguh sayang bila dilewatkan begitu saja. Karena dalam benak penulis, dapat menyambangi tempat yang spektakuler, yakni tempat syuting film Rambo.”

      Waktu yang ditunggu sudah tiba. Bis kecil sudah parkir di depan hotel kami menginap di Ho Chi Minh City. Tinggal menunggu beberapa orang saja untuk berangkat. (Baca juga: Jalan-jalan Ke Phra Ramrajnivet Palace, Istana Raja Thailand)

Pedagang Asongan Vietnam Yang Serba Mudah 

Tampak beberapa pedagang asongan datang ke hotel dan stand by di dekat bis. Mereka berusaha menawarkan dagangannya berupa berbagai sovenir dengan harga murah. Mulai gantungan kunci, topi, kacamata, dan lain-lain.

Ada yang jalan kaki atau membawa motor. Jangan khawatir bila mau transaksi di sini, para pedagang ini mau juga dibayar dengan mata uang Rupiah, Dolar Amerika atau mata uang mereka sendiri, yaitu Dong. Enak ya?


      Selain banyaknya penjual souvenir, juga tampak beberapa biro travel yang menjamur di di sepanjang jalan kota ini. Berarti sektor parawisata sudah bisa menyerap banyak tenaga kerja. Baguslah.

      Rupanya Vietnam sudah sukses mengelola daerah ini menjadi destinasi wisata secara profesional. Hal ini terasa saat pesawat Jet Star yang kami tumpangi. Dari Surabaya harus transit di Singapura dulu.

Dan selanjutnya dari Singapura ganti pesawat dengan maskapai yang sama untuk menuju kota Ho Chin Mih (dulu bernama Saigon). Nah ketika dari Singapura ini didalam pesawat terlihat, banyak kursi yang diisi warga bule. Entah bule dari negara mana saja. 

Bersambung ke bagian kedua: Wisata Pengingat Kekalahan Amerika di Vietnam        

Baca juga: Oleh-oleh Cerita Ikut Seminar Military Dentistry Di Polandia

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.